Mungkin antara kita tentu pernah menonton filem Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck kan? Banyak yang tersirat dalam kisah itu, dan ada juga antara kita yang cuma mengangap kisah ini cuma fiksyen.

Filem ini sebenarnya diadaptasi dari novel karangan HAMKA iaitu tokoh sasterawan terkenal alam Melayu.

HYPE
‘Adakah Raya Masih Sama?’ – Iklan Raya Ini Kongsi Persoalan Menantu Bila Pertama Kali Beraya Dengan Mentua!
Baca lagi →

Baca: 10 Kata-Kata Buya Hamka Yang Menjentik Hati Dan Minda

Namun tahukah anda cerita ini diinspirasikan dari tragedi sebenar?

Monumen Van Der Wijk 4

Mendengar nama Van Der Wijck, benak kita biasanya tertuju pada kisah fiksi dalam novel terkenal Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka.

Namun di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, kisah tenggelamnya Kapal Van Der Wijck itu bukanlah fiksyen kerana ianya memang benar-benar terjadi. Ini terlihat dari adanya monumen di daerah Kecamatan Brondong, Lamongan.

Monumen itu dibangun oleh pihak Belanda untuk mengenang kisah tenggelamnya kapal itu di perairan Lamongan pada tahun 1936.

Monumen itu juga mengandungi ucapan terima kasih dari pihak Negara Belanda kepada warga Lamongan yang pada saat musibah itu terjadi telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk dan usaha.

Monumen Van Der Wijk

Monumen Van Der Wijk 2

Kapal Van Der Wijck adalah kapal wap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (amboi susahnya nak sebut).

Kapal Van Der Wijck dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam pada tahun 1921 dengan berat 2.596 tan dan lebar kapal 13.5 meter.

Kapal ini mendapat nama panggilan ‘de meeuw‘ atau ‘The Seagull‘, kerana bentuk dan penampilan kapal ini yang tampak sangat anggun dan tenang.

Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijck berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. Kapal Van Der Wijck pada hari selasa tanggal 20 Oktober 1936 tenggelam ketika berlayar di perairan Lamongan, tepatnya 12 batu dari pantai Brondong.

Jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga Indonesia dan 39 warga Eropah. Sedangkan jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 pembantu, seorang telegrafik, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 anak kapal lain.

Menurut Wikipedia, musibah tenggelamnya kapal ini mengakibatkan 4 korban nyawa dan 49 orang hilang ditelan ombak laut. Ada juga yang mengatakan 58 orang yang meninggal. Surat khabar De Telegraaf, 22 Oktober 1936, menulis 42 orang mangsa yang hilang.

Monumen Van Der Wijk 5

Van Der Wijck itu sendiri adalah nama seorang Gabenor Jenderal Hindia Belanda yang diangkat Ratu Emma van Waldeck-Pymont pada tanggal 15 Jun 1893.

Ia mulai memerintah pada tahun 17 Oktober 1893 sampai 3 Oktober 1899. Nama panjangnya adalah Carel Herman Aart van der Wijck. Monumen Van Der Wijck ini berada di halaman pejabat Prasana Perikanan Samudra Cabang Brondong, yang berada di belakang gapura menuju Pelabuhan.

Monumen itu berbentuk seperti pos pemantau kawasan pantai. Tingginya sekitar 15 meter dengan dominasi warna biru dan kuning. Pada beberapa bahagiannya tampak warna catnya sudah mulai kusam dan terkelupas.

Di Monumen Van Der Wijck itu terdapat dua prasasti yang berada di dinding barat dan timur monumen. Prasasti itu dibuat dari plat besi dan bertuliskan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia.

Lokasi Monumen Van Der Wijck sebenarnya terletak tak jauh dari jalan raya baik yang menuju ke pelabuhan.

Namun kerana tak adanya papan nama atau petunjuk tentang monumen Van Der Wijck, banyak orang awam yang menganggap monumen itu sebagai sebagian dari bangunan pejabat.

Banyaknya kenderaan yang parkir di sekitar monumen juga menjadikannya seolah semakin tenggelam keberadaannya. Monumen Van Der Wijck ini menjadi saksi bisu tentang kisah yang sedih dari musibah tenggelamnya Kapal Van Der Wijck di perairan Lamongan.

Baca lagi: Saya Baru Habis Baca Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ Dan Ini Apa Yang Saya Rasa